Jakarta – Indonesia genjot hilirisasi energi dan infrastruktur demi pemerataan pembangunan hingga wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Langkah ini bukan sekadar proyek ekonomi, tapi strategi konektivitas nasional.
Pemerintah optimis, energi yang menjangkau seluruh pelosok negeri akan menumbuhkan fondasi ekonomi baru. Hilirisasi migas dan infrastruktur energi jadi pilar transformasi ekonomi.

Proyek strategis seperti terminal BBM, jaringan pipa gas, dan EBT terus dikebut. Konektivitas energi diharapkan gerakkan ekonomi baru dan tingkatkan kualitas hidup masyarakat.
Kementerian ESDM targetkan feasibility study (FS) 18 proyek hilirisasi senilai Rp618,13 triliun rampung tahun ini. Dokumen FS diserahkan ke Danantara untuk dikaji lebih lanjut.
Sekjen Kementerian ESDM, Ahmad Erani Yustika, menegaskan penyusunan FS jadi prioritas agar eksekusi lapangan segera dilakukan, dikutip dari Antara, Selasa (11/11/2025).
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menegaskan proyek hilirisasi telah melewati tahap kelayakan dan siap dieksekusi. Sekitar 75 persen proyek berada di sektor energi dan sumber daya mineral.
Bahlil mencontohkan transformasi industri nikel sebagai bukti keberhasilan hilirisasi. Ekspor nikel melonjak setelah larangan ekspor diberlakukan pada 2020.
Pertamina siap jadi garda depan perluas distribusi energi hingga wilayah 3T melalui proyek hilirisasi, termasuk pembangunan kilang modular.
Dirut Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menegaskan komitmen Pertamina untuk berpartisipasi dalam pengembangan kilang modular. Pertamina juga minat proyek hilirisasi batu bara menjadi DME.
Dengan percepatan hilirisasi, pembangunan infrastruktur, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia menuju kemandirian energi yang merata dan berkeadilan, seperti yang dilansir bulletinofindia.com.






