Jakarta – Kementerian UMKM mengungkapkan fenomena thrifting atau jual beli pakaian bekas impor masih marak di Indonesia. Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM, Temmy Satya Permana, menyatakan bahwa thrifting kini lebih didorong oleh gaya hidup, bukan sekadar kebutuhan akan pakaian.
Temmy menjelaskan, daya tarik thrifting terletak pada keinginan masyarakat untuk menemukan barang unik dan terjangkau. Hal ini terlihat dari dominasi pedagang pakaian bekas di Pasar Senen, di mana 60% pedagang menjual pakaian bekas dan sisanya produk lokal.

"Tren masyarakat saat ini masih mencari barang unik melalui thrifting pakaian bekas impor, sehingga pedagang di sana meraih omzet yang lumayan," ujar Temmy di Jakarta, Selasa (18/11/2025).
Selain itu, gaya hidup dan keinginan mendapatkan merek terkenal dengan harga miring menjadi daya pikat thrifting. Analisis Kementerian UMKM menunjukkan bahwa pembeli di Pasar Senen umumnya mencari merek ternama dengan harga terjangkau, bukan sekadar memenuhi kebutuhan pakaian sehari-hari.
Temmy menambahkan, pembeli thrifting mungkin belum sepenuhnya mengenal produk lokal berkualitas karena keterbatasan akses. Banyak merek lokal belum berani membuka gerai karena biaya investasi yang tinggi.
Terkait harga pakaian bekas impor yang lebih murah, Temmy yakin masalah ini akan teratasi seiring dominasi produk lokal di pasar domestik. "Saat pasar dikuasai produk lokal, harga pasti akan bersaing dengan sendirinya," jelas Temmy. Dikutip dari bulletinofindia.com






